Monday, November 10, 2008

Mujahid Bali



Ciri Khas Syuhada Pada Mujahid Bali

Ahad, 09-11-2008 | 20:33:05 WIB

Syuhada Bali Dalam kancah dunia jihad, seseorang bila telah syahid, biasanya mengeluarkan ciri khas yang menyertainya. Hal-hal tersebut sangat familiar ada di kancah jihad Afghanistan, Palestina, Iraq dan kancah jihad lainnya. Sebagai pertanda akan kesyahidan dan persaksian akan perjuangan yang telah dilakukan sebelumnya dengan susah payah. Demikian pula yang terjadi dengan Syuhada Imam Samudera.

Pekikan takbir mengiringi datangnya jenasah para syuhada. Bagi pahlawan di medan perang, sambutan itu menggema , dan mengharu biru. Tidak ada sedikitpun perasaan bahwa mereka adalah teroris dan kriminal seperti yang telah digembar-gemborkan oleh aparat kepolisian, pihak yang melakukan pembunuhan keji terhadap Imam Samudera, Amrozi dan Ustad Mukhlaas. Bahkan warga meneriakan dukungan dan akan terus melanjutkan perjuangan mereka.

Di Serang, Banten, warga berebut untuk men-sholatkan jenazah Imam Samudera. Daya tampung masjid yang terbatas membuat sholat jenazah terpaksa dilakukan hingga empat kali. Kondisi tak jauh beda dengan yang terjadi di Lamongan , Jawa Timur. Ribuan jamaah yang ikut dalam prosesi pemakaman syuhada Tenggulun, memaksa sholat jenazah dilakukan lebih dari dua kali.



Tanda Syahid

Bukti-bukti kesyahidan atas tiga syuhada Bali ini terlihat dengan jelas. Di sekitar rumah kediaman Hj. Tariyem, Ibunda Amrozi, burung berwarna hitam berputar-putar di atas rumah. Selain itu bau semerbak yang keluar dari tubuh syuhada Amrozi dan Ustadz Mukhlaas jelas memancar. Khas bau seorang syahid. Bau itulah yang membuat suasana semakin haru. Para pelayat tak kuasa menahan air mata mereka. Menurut kontributor Muslimdaily, Rofiq, wajah para syuhada terlihat sangat bersih dan tampan. Berseri dan terlihat tersenyum, tidak nampak bekas raut wajah yang menahan kesakitan, meski dibunuh dengan cara ditembak.

Tak jauh berbeda keadaan dengan syuhada Imam Samudera. Menurut Khoirul Anwar, kak Imam Samudera, adiknya terlihat sangat bersih. Wajahnya seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan permen. Seperti bayi yang baru saja dimandikan bidan," tuturnya. "Wajahnya begitu bahagia dan bersih. Bibirnya tampak tersenyum," imbuhnya.

Tidak hanya disitu saja keanehan yang terjadi. Menurut Lulu Jamaludin, adik Imam Samudera, kakaknya memancarkan bau wangi seperti minyak wangi yang sering dipakainya. Bahkah darah segar terus saja mengalir dari luka bekas tembak. "Memang darah Syuhada tidak kan pernah kering," ujar Khairul.



Dan Takbir Pun Menjadi Salam Perpisahan

Ribuan pelayat yang berdatangan dari segala penjuru kota, menjadi pertanda atas ketulusan perjuangan mereka. Tujuan dan seruan mereka yang disampaikan melalui wartawan televisi akan keikhlasan dalam memperjuangkan Islam dan kaum Muslimin, terbukti dengan banyaknya orang yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir. Entah akankah akan ditemui pejuang yang seperti mereka. Namun tabiat sejarah dan peradaban akan terus berulang. Kematian seorang pejuang akan melahirkan ribuan pejuang. Mati satu tumbuh seribu. Akan lahir mujahid yang mewarisi watak, prinsip, dan pendirian mereka meski dalam segi yang berbeda. Kemudian mereka juga akhirnya akan berakhir sama, menghadapi kematian syahid yang lama sudah mereka damba.

Tubuh saling berdesakan dan perhatian terus tertuju kepada jasad para syuhada sebelum masuk liang lahat. Bibir terus bergumam mengucapkan dzikir dan takbir. Allahu Akbar...!! Selamat jalan wahai syuhada, kami akan mewarisi sifatmu yang mulia. Dan takbir pun menjadi salam perpisahan kita di dunia.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home