Tuesday, May 31, 2005

Kejahatan Yang Tak Termaafkan

Dari Vietnam Hingga Jepang

Seorang anak perempuan tampak tergeletak lemah tak berdaya. Kematian seolah-olah merangkak perlahan-lahan menggerogoti tubuhnya. Anak perempuan itu bernama Hong Hant. Dia begitu begitu kurus dan amat lemah. Usianya diperkirakan baru sepuluh tahun. Dia memiliki seorang saudara perempuan yang kondisinya tidak jauh berbeda dengannya. Saudara pendengar sekalian, apa yang terjadi dengan Hong Hant, gadis kecil dari Vietnam ini? Silakan Anda menyimak sajian kami berikut ini.

Gadis kecil Hong Hant dan saudaranya, merupakan dua di antara 650 ribu warga Vietnam lainnya yang menderita sebuah penyakit mematikan akibat zat kimia yang ditimbulkan oleh bom-bom yang dijatuhkan Amerika selama perang Vietnam. Bom yang mengandung gas agen oranye ini, hingga kini telah membunuh 500 ribu orang Vietnam.

Menteri Luar Negeri Amerika, Collin Powell, beberapa waktu sebelum serangan tentara Amerika ke Irak, dengan memperlihatkan pipa kecil dari agen oranye tersebut di depan Dewan Keamanan, mengklaim bahwa Saddam Husein memiliki gas yang berbahaya ini dan hal itulah yang menjadi alasan perlunya menyerang Irak. Kini, setelah empat bulan Amerika menduduki Irak, mereka masih tidak dapat membuktikan keberadaan agen oranye ini di Irak. Padahal, angkatan udara Amerika bukan saja telah melakukan pembunuhan massal terhadap ratusan ribu orang Vietnam dengan menggunakan gas kimia ini, malah juga meninggalkan warisan penyakit mematikan kepada generasi berikutnya. Agen oranye meninggalkan dampak negatif kepada alat genetika wanita dan lelaki. Akibatnya, setiap tahun masih ada saja ribuan anak-anak abnormal Vietnam yang lahir dengan harapan hidup yang amat tipis.

Kejahatan Amerika dalam serangan ke Vietnam tidak terbatas kepada penggunaan senjata kimia saja. Sepanjang sepuluh tahun perang Vietnam, yaitu sejak awal dekade 1960-an hingga tahun 1975, kira-kira dua juta lima ratus ton bom telah diledakkan di Vietnam dan ratusan ribu orang tewas karenanya. Pasukan AS menjatuhkan bom begitu saja tanpa merasa perlu memberi penjelasan mengapa mereka harus melakukan agresi ke tanah Vietnam dan mengapa rakyat bangsa itu harus dibunuh.

Selain dari itu, tentara Amerika dengan menggunakan bom-bom pembakar yang disebut bom napalem, membakar jutaan hektar hutan Vietnam sehingga memberikan pukulan besar terhadap keselamatan lingkungan hidup regional dan rakyatnya. Orang-orang Amerika pada perang Korea yang terjadi pada tahun 1950 hingga 1953, juga menggunakan bom napalem ini, demikian pula dalam Perang Dunia Kedua.

Kisah keganasan orang-orang Amerika dalam Perang Vietnam, khususnya dengan memperhatikan kepada klaim-klaim Amerika sebagai negara pelindung hak asasi manusia dan penentang senjata pembunuh massal, merupakan satu hal yang ironis dan sudah menjadi rahasia umum. Tetapi, bagi orang yang mengetahui peristiwa serangan atom Amerika di Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada hari-hari terakhir Perang Dunia Kedua, kejahatan Amerika di berbagai kawasan dunia ini tidaklah mengherankan.

Pada jam 8:15 pagi tanggal 6 Agustus tahun 1945, jarum waktu di Hiroshima bagaikan terhenti dengan dijatuhkannya sebuah bom berdaya ledak dahsyat ke kota itu. Ketika itu, warga Hiroshima baru saja bangun dari tidur dan aktivitas harian mereka baru saja dimulai. Mereka sebenarnya sudah mengetahui bahwa bom-bom akan dijatuhkan di kota mereka. Orang-orang Amerika dengan pesawat besar mereka telah menjatuhkan bom di 66 kota besar Jepang setiap hari. Pengeboman di Tokyo saja telah menewaskan seratus ribu orang sipil.

Beberapa hari sebelum bom atom dijatuhkan di Hiroshima, Laksamana Arthur Ranford berkata, “Jepang akan segera menjadi sebuah negara tanpa kota, dengan rakyat tidak berumah.” Mungkin rakyat Jepang mengira bahwa maksud Jenderal Amerika ini ialah pengeboman bertubi-tubi dan setiap hari sebagaimana yang selama ini dilakukan Amerika. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Amerika akan menjatuhkan bom yang daya ledaknya mencapai 15 ribu ton TNT di atas sebuah kota yang berpenduduk 350 ribu orang. Dalam sekejap, pengeboman ini menewaskan kira-kira 100 ribu orang. Jumlah korban tewas hingga akhir tahun 1945 meningkat menjadi 140 ribu orang.

Amerika merasa tidak cukup dengan mengebom Hiroshima dan membunuh massal ratusan ribu manusia tidak berdosa. Tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus 1945, pesawat besar B-52 dengan sebuah bom atom lain terbang di atas udara kota Nagasaki. Setelah bom tersebut dijatuhkan, dalam satu detik, 80 ribu orang tewas dan kira-kira 60 ribu orang lain cedera. Pejabat Amerika dengan bangga dan sombongnya menyampaikan berita ini kepada rakyat dunia. Jenderal Leslie Grof, komandan militer yang bertanggung jawab atas pengeboman atom di Jepang, di depan Kongres Amerika mengatakan, “Kontaminasi radio aktif pada hakikatnya adalah sebuah cara yang bisa diterima untuk mematikan.”

Jelas, ini adalah sebuah kejahatan besar yang tidak pernah terjadi sepanjang sejarah manusia dan itupun dilakukan oleh sebuah negara yang konon dianggap sebagai pemimpin dunia berperadaban dan liberal-demokrasi.

Bom-bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki, selain menyebabkan kebakaran dan tewasnya puluhan ribu orang, hingga kini setelah 58 tahun berlalu, terdapat ratusan ribu orang lain yang menderita karena terkontaminasi zat radio aktif. Sepanjang setahun yang lalu, lebih dari lima ribu orang di Jepang telah mati akibat kontaminasi radioaktif tersebut. Kontaminasi ini menimbulkan berbagai jenis kanker, penyakit darah, serta penyakit jiwa yang masih terus berkembang di kalangan mereka yang masih hidup setelah peristiwa Hiroshima dan Nagasaki itu. Anak-anak dan generasi berikutnya dari dua kota ini juga menerima penyakit warisan dari orangtua mereka yang terkena radioaktif.

Fakta yang menunjukkan bahwa penggunaan senjata nuklir terhadap rakyat Jepang sama sekali tidak bisa dijustifikasi ialah adanya laporan yang menunjukkan bahwa sebelum terjadinya serangan terhadap Hiroshima dan Nagasaki, Jepang telah bersedia untuk menyerah. Kaisar Jepang pada tanggal 14 Juli 1945, beberapa hari sebelum pengeboman Hiroshima telah mengirimkan sepucuk surat rahasia kepada Presiden Amerika ketika itu, Harry Truman, untuk meminta perdamaian. Setelah pengeboman itupun, sekali lagi Jepang meminta perdamaian. Demikian juga, dalam sebuah penelitian yang dilakukan segera setelah Perang Dunia Kedua berakhir pada tahun 1946, terbukti bahwa meskipun seandainya pengeboman tidak dilakukan terhadap Jepang, negara ini tetap akan menyerah.

Semua fakta ini menunjukkan bahwa pembunuhan puluhan ribu manusia tidak berdosa di Jepang dan hingga kini korban lain masih akan terus berjatuhan, semata-mata dilakukan AS demi memenuhi ambisi perang para pejabat Amerika. Pengeboman itu dilakukan semata-mata untuk membuktikan bahwa Amerika adalah negara terkuat di dunia, bukan untuk mengakhiri Perang Dunia Kedua. Sebagaimana dinyatakan oleh Walikota Hiroshima beberapa hari lalu, pada peringatan ulang tahun tragedi pengeboman atom terhadap kota ini, “Tampaknya, bagi orang-orang Amerika, bom atom dipuja sama seperti pemujaan kepada Tuhan.”

Kini, pertanyaan penting yang muncul adalah, mengapa negara seperti Amerika yang memiliki catatan menakutkan dalam penggunaan senjata nuklir dan kimia, masih saja terus dibiarkan memiliki senjata seperti itu? Tidak diragukan lagi bahwa Amerika merupakan negara dunia yang paling buruk dalam menggunakan bom atom dan kimia. Jika Washington mengklaim bahwa Saddam mempunyai senjata kimia dan sedang memproduksi senjata nuklir dan oleh karena itu, Saddam harus digulingkan, seharusnya Washington sendiri tidak memiliki senjata seperti itu.

Amerika telah menunjukkan bahwa mereka lebih berbahaya dan lebih tidak mengenal belas kasihan dibandingkan Saddam dalam menggunakan senjata pembunuh massal. Ratusan ribu rakyat Jepang, Vietnam, dan Korea, serta bahkan warga Amerika sendiri telah terbunuh oleh senjata ini. Penggunaan uranium yang diperlemah dalam Perang Teluk tahun 1991, tidak saja menyebabkan tewasnya sebagian dari rakyat Irak, namun juga membunuh sejumlah tentara Amerika. Amerika dilaporkan juga menggunakan uranium yang diperlemah itu dalam Perang Irak baru-baru ini.

Adanya senjata nuklir dalam pabrik amunisi Amerika adalah bahaya terbesar bagi umat manusia. Bahaya ini lebih menonjol dengan adanya kinerja pemerintahan George W Bush yang haus perang. Oleh karena itu, negara-negara dan organisasi internasional perlu menggalang usaha yang luas demi menghalangi terjadinya tragedi lain yang lebih besar dari tragedi Hiroshima dan Nagasaki.

http://www.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/POLITIK/as_vietnam.htm

0 Comments:

Post a Comment

<< Home